Lica & Jersey Bola

nada
3 min readJan 26, 2024

--

Sudah 30 menit Lica dan Kalio berada di Sport Station. Lica masih setia menemani Kalio yang melihat-lihat. Rasanya saat ini Lica ingin memukul Kalio melampiaskan kekesalannya, perihal Kalio yang meminta pendapatnya untuk turut memilih baju mana yang harus ia beli. Lica sudah serius sekali untuk menentukan pilihannya tetapi Kalio malah memilih yang lain. Lantas untuk apa Kalio meminta pendapatnya?

“Kenapa sih kok jadi lo yang kesel gitu?” tanya Kalio seraya cekikikan, ia sangat puas bisa menjahili Lica hari ini.

“Gimana ngga kesel! terus tujuan lo ngajak gue apa?”

“Biar ada temen.”

“Kan bisa ajak Gibran!! Lo menghancurkan plan gue hari ini untuk tidur seharian.”

“Nah, itu tujuan gue. Menghancurkan plan lo untuk bermalas-malasan.” ujar Kalio sambil memberikan senyum jahil.

“SIALAN!” umpat Lica.

Kalio cepat-cepat membekap bibir Lica, “Gak boleh kasar Caca, ini tempat umum,” omelnya.

Lica segera melepas tangan Kalio yang berada diwajahnya, “Gak usah bekep bekep gue gak bisa napas!”

Kemudian Kalio kembali fokus melihat koleksi jersey lain diikuti Lica di belakangnya yang mengintil. Lica sebenarnya sudah lelah keliling sana sini. Entah apalagi yang Kalio masih cari.

Lica mengamati kanan kiri, seperkian detik netranya menangkap hal menarik. Pandangannya sekarang terpusat pada salah satu titik yang langsung membuat bola matanya berbinar. Di ujung sana ia melihat jersey bola bewarna pink yang menggantung dibarisan atas. Dengan gerak cepat ia mendekati jersey itu. Warna Pink! Lica suka warna Pink!

“KAL! Beli ini aja!” ujarnya exited seperti anak kecil.

Kalio menoleh, ia melihat jersey yang Lica tunjukkan. Ekspresinya langsung masam, Kalio sudah tau mengapa Lica bisa sangat exited, “Nggak.” jawabnya singkat.

Bola mata yang sebelumnya berbinar langsung hilang tergantikan menjadi tatapan kecewa, “Please… ini aja, lucu banget!” Lica masih berusaha menyakinkan Kalio untuk membeli itu.

“Ngga, gue bilang ngga. Itu mah lo yang mau.”

Lica memeluk lengan Kalio, “Yaudah beliin yaa,” mohonnya.

“Lo ngga suka bola.”

“Gak harus suka bola, kan?”

Kalio tak menanggapi pertanyaan itu, ia membawa jersey yang akan dibelinya, “Udah, ayo ke kasir.”

“Kal!!”

“Apa?!”

“Gue ngga bawa dompet mau beli.” katanya. Lica memang benar-benar tidak membawa dompetnya karena takut akan diperas oleh Kalio, “Beliin yaa…” mohonnya.

“Siapa suruh ngga bawa dompet? lagipula kan’ harusnya lo yang beliin gue, Ca.”

“Kalioooo.”

Kalio menghentikan langkahnya, “Ca, lo penah bilang kalo jersey bola tuh jelek dan lo gak akan pernah mau beli baju itu. Lo lupa?” jelas Kalio dengan ekspresi meledeknya dan mengungkit apa yang pernah Lica katakan.

Lica kalah telak ia pun langsung bungkam. Benar, dirinya dulu memang suka mengejek baju bola Kalio karena ia merasa Kalio alay selalu pakai baju bola kemana-mana. Akhirnya Lica menyusul Kalio dengan pandangan mata yang tak lepas dari jersey pink yang menarik perhatiannya tadi.

Lewat pantulan kaca, Kalio melihat jelas perubahan ekspresi Lica yang semula berbinar berubah menjadi kecewa dan kesal karena ia sangat menginginkan jersey tersebut. Kalio lagi-lagi tersenyum jahil dan kembali melanjutkan jalannya menuju kasir.

— bubbleskiesy, Nada.

--

--

No responses yet